***
Oleh: Mega Aprilianingsih
Ma, kupikir menjadi dewasa akan sangat membahagiakan dan menyenangkan. Dalam benakku menjadi dewasa berarti bisa melakukan apa pun yang kumau, bisa kemana pun semauku, legal untuk keluar malam, dan akhirnya aku bisa berpisah rumah untuk melanjutkan studiku di ibu kota, tempat yang begitu kuimpikan untuk mewujudkan cita-citaku. Saat itu, kupikir tinggal sendiri tanpa ada campur tanganmu pasti jauh lebih mudah, tak ada lagi omelan pagi yang begitu khas darimu, tak ada lagi yang akan meneriakiku soal kamar kotor bak kapal pecah ataupun melarangku jajan sembarangan di luar rumah. Ma, ternyata aku salah.
Nyatanya, menjadi dewasa tak sepenuhnya menyenangkan seperti bayanganku. Banyak hal yang tak bisa kukendalikan sendirian, awalnya mungkin terasa bebas tapi kini rasanya ujian datang silih berganti. Aku teringat hari itu, saat diriku dikecewakan lagi oleh mimpi-mimpiku, kegiatan yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari dibatalkan. Kepalaku rasanya berputar-putar dan dadaku begitu sesak dengan segala kejadian yang kualami. Melalui sambungan telepon kutumpahkan semua sesalku padamu. Setelah tangisku reda, kau berkata, "Kau bisa pulang kapan pun kau mau, tapi jangan lupa selesaikan apa yang telah kau mulai."
Nasihat Ibu Menguatkanku
Kala itu juga aku menyadari, bahwa hidup yang kuimpikan nyatanya tak seindah fantasiku. Menjadi dewasa berarti sanggup dengan segala kemungkinan yang terjadi, tetap bertahan dengan segala badai kondisi, dan menjadi kuat untuk diri sendiri. Ma, kini aku mengerti maksud dan pintamu untuk menjadikanku yang terbaik di segala kondisi agar dewasa diriku nanti, dimulai dari hal-hal kecil yang biasa kau omelkan padaku di pagi hari. Ma, kupikir menjadi dewasa berarti bebas menentukan pilihan. Nyatanya, yang tersulit bukanlah menentukan pilihan, tapi bertanggung jawab dan menyelesaikan apa yang kupilih sampai akhir.
Ma, ternyata semakin bertambah usiaku semakin besar pula beban dan tanggung jawabku. Maka tak pernah terbayangkan bagaimana berat dan sulitnya untuk menjadi dirimu. Kau yang bahkan tak pernah memukul atau berkata kasar padaku sedari aku kecil, dan kau yang selalu siap siaga kala ku butuh bantuanmu.
Sekarang aku mengerti dengan keputusan yang selama ini kau buat, membuatku terbiasa dengan aturan hidup yang kau atur, lalu kau lepaskan aku ke alam luas agar belajar dari pengalaman hidup untuk menjadi wanita kuat seperti yang biasa kau tunjukan. Kini, aku tak sabar pulang ke pelukanmu Ma, menatap indahnya seyummu melihat kepulanganku. Semoga panjang usiamu dan selalu sehat badamu untuk menyaksikanku tumbuh dewasa seperti dirimu, mama.
No comments:
Post a Comment